ANALISIS KRITIS ATAS KONSEPSI ORIENTALIS BARAT TERHADAP HADIS NABI SAW: STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN IGNAZ GOLDZIHER DAN JOSEPH SCHACHT

Abstract

Abstract

The study of the Hadith of the Prophet Muhammad (peace be upon him) has attracted the attention of both Muslim scholars and Western Orientalists. Among the prominent figures in Orientalist studies of Hadith are Ignaz Goldziher and Joseph Schacht, who argued that the majority of Hadiths were socio-political constructs that emerged after the Prophet's lifetime. This article aims to examine the views of these two scholars and to present the critical responses that have developed in reaction to their methodological assumptions and conclusions. This research employs a qualitative approach through a literature review of primary and secondary sources. The findings indicate that although the perspectives of Goldziher and Schacht offer a critical lens, their assumptions overlook the scientific validity of Islamic methodologies in Hadith transmission. Therefore, preserving the integrity of Hadith as a foundational source of Islamic teachings requires a strengthening of Islamic epistemology alongside an openness to constructive criticism.

Abstrak

Studi terhadap hadits Nabi SAW telah menarik perhatian para sarjana Muslim maupun orientalis Barat. Di antara tokoh penting dalam kajian orientalis terhadap hadits adalah Ignaz Goldziher dan Joseph Schacht yang menyatakan bahwa mayoritas hadits merupakan produk politik dan sosial pada masa pasca-Nabi. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji pandangan kedua tokoh tersebut serta menyampaikan kritik yang berkembang terhadap asumsi metodologis dan kesimpulan mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi pustaka dari sumber-sumber primer dan sekunder. Hasil kajian menunjukkan bahwa meskipun pandangan Goldziher dan Schacht menawarkan perspektif kritis, namun asumsi mereka tidak memperhitungkan validitas metodologi ilmiah Islam dalam periwayatan hadits. Oleh karena itu, menjaga integritas hadits sebagai sumber ajaran Islam memerlukan penguatan epistemologi Islam, disertai sikap terbuka terhadap kritik yang konstruktif.